Kamis, 11 Oktober 2018



Bismillaahirrohmaanirohiim
Medan, 2 juli 2018
3:33 AM

Aku malu pada Allah dan diriku sendiri, dikala ada orang yang hendak melamar aku, aku mulai sibuk berbenah diri, tabiat yang belum bisa aku buang ialah sifat suka menunda nunda waktu. Aku bersyukur Allah masih memberi ku kesempatan untuk membenahi diri ku, hafalanku, sholatku, akhlak ku, ilmu ku.
Aku menganggap ini antara suatu gertakan, peringatan, atau kasih sayang dari Allah , agar kelak ketika aku benar-benar sudah dilamar aku tak lagi sibuk untuk berbenah diri, agar aku sudah menjadi pribadi yang baik dan mantap buat suamiku dan anak-anakku kelak.
Memang dari dulu aku belum pernah merasakan yang namanya pacaran, itu salah satu karunia dari Allah yang paling membanggakan kedua setelah aku menjadi seorang penghafal Al-Qur’an. Tapi aku sering lupa dengan karunia pertama yang paling membanggakan yang aku punya, aku bersyukur tak banyak laki-laki yang mengajakku untuk pacaran, memang aku tak ingin pacaran, yang aku inginkan hanya langsung menikah, dan aku sangat ingin ada seorang laki-laki yang berniat seperti itu kepadaku.
Bukan hanya keinginan aku yang menolak untuk pacaran, tetapi memang jasad lahir batin akulah yang menolaknya, aku tak mahir dalam mengelola hubungan yang bersifat sementara itu, aku tak bisa mengurus seseorang yang bukan siapa-siapa aku, dan bila memang belum dalam hubungan pacaran ada yang namanya PDKT, itupun aku tak mampu melakukannya, aku tak tahu apa yang harus kuperbincangkan dan kutanyakan kepadanya, rasanya sia-sia saja bila panjang lebar kami bercakap sampai bertahun tahun pada status yang tidak jelas arahnya kemana, tidak jelas kepastiannya berhenti dimana, hanya untuk status yang berisikan dosa yang Allah murkai.
Sering aku memantau teman-temanku yang pacaran, model mereka pacaran bermacam macam, ada yang garing, sering bertengkar, sering jalan-jalan dan berbelanja, ada yang hanya lewat via chattingan atau suara telefon, ada malah temen aku yang kalau tidak komunikasi dengan lawan jenis rasanya dia mau mati, Laa haula walaa quwwata, segitu nya kah ?, terkadang aku berfikir, aku yang memang Allah lindungi, beri karunia tidak pacaran, masih dalam kategori hamba yang kufur, konon mereka yang selalu haus kasih sayang dari manusia, sebegitu kosongnya kah prasangka mereka terhadap Allah, menyangka dan tidak merasakan bahwa kasih sayang Allah lah yang selalu hadir ketika suka maupun duka daripada kasih sayang manusia.
Dan untuk pertama kalinya, ada seorang laki-laki yang berniat melamarku,  dan Alhamdulillah dia seorang hafidzullah 30 juz, baik, tampan, sesuai dengan apa yang pernah aku bayangkan. Sahabatku yang mengenalkannya kepadaku, perasaan pertamaku ialah kaget, dan aku berfikir ini hanya gurauan sahabatku saja, ternyata itu adalah benar. Dan perasaan kedua yang muncul kedua ialah malu, ia.., aku malu kepada Allah, aku jarang berdoa tentang kriteria jodoh, dan sangat jarang aku menyebutkan nama laki-laki ketika meminta dan memohon kepadanya, Aku takut ia cemburu dan murka, padahal itu sah-sah saja. Lagian aku juga belum kepikiran untuk segera menikah, karena masih banyak yang belum aku selesaikan. Tetapi, subahanallah...Allahuakbar... Allah memberikan apa yang pernah aku bayangkan, malah lebih dari apa yang pernah aku bayangkan. Aku memang belum ada bilang iya kepadanya, dan aku juga belum ada meminta restu kepada Allah. Tetapi ini sangat menyenangkan bagi ku, dan sangat bersyukur yang sebesar besarnya, jika memang dialah laki-laki yang Allah ridhoi untuk ku. Tetapi, 1 hal yang sangat aku takuti, perasaan senang ku ini dapat menggantikan Allah dari hatiku,  Astaghfirullah... Na’udzubillah..., aku akan berusaha tidak berlebihan.
Hal pertama yang aku lakukan adalah meluruskan niat untuk memperbaiki diri bukan karna manusia, bukan karna ingin mendapatkan jodoh, tapi karna Allah yang berharap akan jannah NYA yang paling tinggi. Yang kedua, jangan pernah menunda nunda waktu kebaikan, mengurangi tidur yang berkepanjangan, dan tidur lebih cepat, tidak membiasakan tidur larut malam dan membiasakan bangun pagi dari tahajud. Dan tahap demi tahap lainnya yang dapat  memperbaiki kerusakan demi kerusakan yang ada pada jiwa dan ragaku.
Yang aku membuat aku kagumny ialah, ia seorang hafidz 30 juz, yang ingin langsung menikahiku, bukan menjadikanku pacarnya sebelum menikah, dan ia tidak mau berkomunikasi denganku sampai dimana hari Allah berkata “pinanglah dia”, weess asekkk hehehe..., ia hanya memantauku dari kejauhan, dan mendoakan ku pada sepertiga malamnya. Ia membiarkanku berbuat apa saja sebelum ia melamarku,yang terpenting dia sudah punya nomorku, begitu katanya melalui sahabatku. Aku yakin dia tidak ingin membuat anak perempuan orang merasa digantungkan oleh harapan-harapanya apabila dia berkomunikasi denganku lewat whatsapp. Aku yakin ia hanya memperjuangkanku lewat jalan tauhid, yaitu meminta sang pencipta yang menjaga perasaannya untukku , karena memang hanya Allah lah sebaik baik penjaga. MasyaAllah, sekali lagi aku kagum, Ya ALLAH jika memang ia laki-laki yang engkau takdirkan dan engkau ridhoi untukku, jagalah niat sucinya untukku ya Allah, sampai tiba waktunya, karena hanya Engkaulah sebaik-baik penjaga, mudahkanlah proses hijrah kami ya Allah.., mudahkanlah proses belajar kami ya Allah,Hanya engkaulah yang maha mengetahui segala yang ghaib sekalipun sedangkan kami tidak. Aamiin.....
Yang paling sering aku fikirkan ialah bagaimana jika aku sudah menikah, apakah aku bisa menyatukan 2 hati keluarga yang asing sekaligus, apa yang harus aku lakukan untuk mengambil hati keluarga baruku kelak, terutama mertua ku, sedangkan aku adalah sesosok pribadi yang pemalu apalagi sama orang yang baru dikenal. Tapi aku yakin pasti Allah selalu bersamaku, membantuku, menghiasi ku dengan akhlakul karimah, selama aku menjaga Al quran ku J.
Sekian...