Bismillaahirrohmaanirohiim
Medan, 2 juli 2018
3:33 AM
Aku malu pada
Allah dan diriku sendiri, dikala ada orang yang hendak melamar aku, aku mulai
sibuk berbenah diri, tabiat yang belum bisa aku buang ialah sifat suka menunda
nunda waktu. Aku bersyukur Allah masih memberi ku kesempatan untuk membenahi
diri ku, hafalanku, sholatku, akhlak ku, ilmu ku.
Aku menganggap
ini antara suatu gertakan, peringatan, atau kasih sayang dari Allah , agar
kelak ketika aku benar-benar sudah dilamar aku tak lagi sibuk untuk berbenah
diri, agar aku sudah menjadi pribadi yang baik dan mantap buat suamiku dan
anak-anakku kelak.
Memang dari dulu
aku belum pernah merasakan yang namanya pacaran, itu salah satu karunia dari
Allah yang paling membanggakan kedua setelah aku menjadi seorang penghafal
Al-Qur’an. Tapi aku sering lupa dengan karunia pertama yang paling membanggakan
yang aku punya, aku bersyukur tak banyak laki-laki yang mengajakku untuk
pacaran, memang aku tak ingin pacaran, yang aku inginkan hanya langsung
menikah, dan aku sangat ingin ada seorang laki-laki yang berniat seperti itu
kepadaku.
Bukan hanya
keinginan aku yang menolak untuk pacaran, tetapi memang jasad lahir batin
akulah yang menolaknya, aku tak mahir dalam mengelola hubungan yang bersifat
sementara itu, aku tak bisa mengurus seseorang yang bukan siapa-siapa aku, dan
bila memang belum dalam hubungan pacaran ada yang namanya PDKT, itupun aku tak
mampu melakukannya, aku tak tahu apa yang harus kuperbincangkan dan kutanyakan
kepadanya, rasanya sia-sia saja bila panjang lebar kami bercakap sampai
bertahun tahun pada status yang tidak jelas arahnya kemana, tidak jelas
kepastiannya berhenti dimana, hanya untuk status yang berisikan dosa yang Allah
murkai.
Sering aku
memantau teman-temanku yang pacaran, model mereka pacaran bermacam macam, ada
yang garing, sering bertengkar, sering jalan-jalan dan berbelanja, ada yang
hanya lewat via chattingan atau suara telefon, ada malah temen aku yang kalau tidak
komunikasi dengan lawan jenis rasanya dia mau mati, Laa haula walaa quwwata,
segitu nya kah ?, terkadang aku berfikir, aku yang memang Allah lindungi, beri
karunia tidak pacaran, masih dalam kategori hamba yang kufur, konon mereka yang
selalu haus kasih sayang dari manusia, sebegitu kosongnya kah prasangka mereka
terhadap Allah, menyangka dan tidak merasakan bahwa kasih sayang Allah lah yang
selalu hadir ketika suka maupun duka daripada kasih sayang manusia.
Dan untuk pertama
kalinya, ada seorang laki-laki yang berniat melamarku, dan Alhamdulillah dia seorang hafidzullah 30
juz, baik, tampan, sesuai dengan apa yang pernah aku bayangkan. Sahabatku yang
mengenalkannya kepadaku, perasaan pertamaku ialah kaget, dan aku berfikir ini
hanya gurauan sahabatku saja, ternyata itu adalah benar. Dan perasaan kedua
yang muncul kedua ialah malu, ia.., aku malu kepada Allah, aku jarang berdoa
tentang kriteria jodoh, dan sangat jarang aku menyebutkan nama laki-laki ketika
meminta dan memohon kepadanya, Aku takut ia cemburu dan murka, padahal itu
sah-sah saja. Lagian aku juga belum kepikiran untuk segera menikah, karena
masih banyak yang belum aku selesaikan. Tetapi, subahanallah...Allahuakbar...
Allah memberikan apa yang pernah aku bayangkan, malah lebih dari apa yang
pernah aku bayangkan. Aku memang belum ada bilang iya kepadanya, dan aku juga
belum ada meminta restu kepada Allah. Tetapi ini sangat menyenangkan bagi ku,
dan sangat bersyukur yang sebesar besarnya, jika memang dialah laki-laki yang
Allah ridhoi untuk ku. Tetapi, 1 hal yang sangat aku takuti, perasaan senang ku
ini dapat menggantikan Allah dari hatiku, Astaghfirullah... Na’udzubillah..., aku akan
berusaha tidak berlebihan.
Hal pertama yang
aku lakukan adalah meluruskan niat untuk memperbaiki diri bukan karna manusia,
bukan karna ingin mendapatkan jodoh, tapi karna Allah yang berharap akan jannah
NYA yang paling tinggi. Yang kedua, jangan pernah menunda nunda waktu kebaikan,
mengurangi tidur yang berkepanjangan, dan tidur lebih cepat, tidak membiasakan
tidur larut malam dan membiasakan bangun pagi dari tahajud. Dan tahap demi tahap
lainnya yang dapat memperbaiki kerusakan
demi kerusakan yang ada pada jiwa dan ragaku.
Yang aku membuat
aku kagumny ialah, ia seorang hafidz 30 juz, yang ingin langsung menikahiku,
bukan menjadikanku pacarnya sebelum menikah, dan ia tidak mau berkomunikasi
denganku sampai dimana hari Allah berkata “pinanglah dia”, weess asekkk
hehehe..., ia hanya memantauku dari kejauhan, dan mendoakan ku pada sepertiga
malamnya. Ia membiarkanku berbuat apa saja sebelum ia melamarku,yang terpenting
dia sudah punya nomorku, begitu katanya melalui sahabatku. Aku yakin dia tidak
ingin membuat anak perempuan orang merasa digantungkan oleh harapan-harapanya
apabila dia berkomunikasi denganku lewat whatsapp. Aku yakin ia hanya
memperjuangkanku lewat jalan tauhid, yaitu meminta sang pencipta yang menjaga
perasaannya untukku , karena memang hanya Allah lah sebaik baik penjaga.
MasyaAllah, sekali lagi aku kagum, Ya ALLAH jika memang ia laki-laki yang
engkau takdirkan dan engkau ridhoi untukku, jagalah niat sucinya untukku ya Allah,
sampai tiba waktunya, karena hanya Engkaulah sebaik-baik penjaga, mudahkanlah
proses hijrah kami ya Allah.., mudahkanlah proses belajar kami ya Allah,Hanya
engkaulah yang maha mengetahui segala yang ghaib sekalipun sedangkan kami
tidak. Aamiin.....
Yang paling
sering aku fikirkan ialah bagaimana jika aku sudah menikah, apakah aku bisa
menyatukan 2 hati keluarga yang asing sekaligus, apa yang harus aku lakukan
untuk mengambil hati keluarga baruku kelak, terutama mertua ku, sedangkan aku
adalah sesosok pribadi yang pemalu apalagi sama orang yang baru dikenal. Tapi
aku yakin pasti Allah selalu bersamaku, membantuku, menghiasi ku dengan
akhlakul karimah, selama aku menjaga Al quran ku J.
Sekian...